Awalnya Serabutan Kini Jadi Pengusaha
Acara
Big Bang memang sangat menginspirasi banyak orang. Pada zaman sekarang mencari
pekerjaan memang sulit. Yang sarjana saja susah apalagi tamatan SMA. Disini
saya sangat terinspirasi sekali oleh Rizki Aulia pemilik Evriz Souvenir. Dia
adalah seorang yang pantang menyerah, dan mengajarkan arti dari kegagalan.
Dia
memiliki orang tua yang bekerja disuatu perusahaan sebagai manager tetapi
perusahaan tersebut bangkrut dan tidak lagi bekerja dikarenakan faktor usia.
Akhirnya Rizki pun ikut terjun untuk mendapatkan penghasilan. Rizki hanya
tamatan SMA tetapi dia tidak menyerah begitu saja. Karena begitu sulitnya untuk
mendapatkan pekerjaan, dan dia pun melakoni usaha serabutan, pernah merasakan
menjadi pengamen, penjaga jual pulsa eceran, bahkan kuli panggul. Tidak ada
patah semangat demi mendapatkan penghasilan. Ia keluar sekolah SMA pada tahun
2007 dan ia pun sempat nganggur 1 tahun.
Dunia
berputar dan rizki pun tidak seperti itu terus, rizki berpikir terus untuk
bereksperimen membuat accesories gantungan kunci yang terbuat dari bahan dasar
tanah liat. Yang awalnya dia diberi buku keterampilan tentang membuat
accesories oleh sepupunya dan dia mulai membuatnya sendiri dengan tepung terigu.
Dia berjualan ke teman-temannya bahkan dia berjualan diemperan depan sekolah.
Rizki berpenghasilan dari karyanya tersebut sekitar 300-400rb perbulan. Terus
menerus dia mengumpulkan modal untuk usahanya tersebut supaya berkembang. Dan
rizki pun sudah bisa banyak merekrut orang-orang yang senasib dengannya. Semakin
kesini usahanya semakin maju, akan tetapi rizki pun dikasih cobaan lagi yaitu
usahanya jatuh bangkrut selama 1 tahun dan rizki pun meninggalkan usahanya
tersebut.
Kemudian
dia bekerja sebagai sales kosmetik dan bertemu dengan seseorang pengguna
tokopedia dan dia diajarkannya untuk menggunakan tokopedia, karena zamannya
sekarang berjualan itu mudah sekali,
tidak untuk menjualnya secara langsung kita tawarkan. Sekarang ada internet
untuk mempermudah kita untuk berjualan. Rizki pun berjualan kosmetik ditokopedia,
awalnya dia pergi ke warnet untuk memasarkan kosmetik tersebut ditokopedia,
karena memang belum ada fasilitas dirumahnya.
Akan
tetapi dia berpikir, banyak sekali yang berjualan kosmetik dan mungkin peluang
untuk suksesnya itu sedikit. Kemudian dia mengingat kembali usahanya yang telah
bangkrut 1 tahun yang lalu. Dan dia pun tidak patah semangat untuk dapat
mengembangkan kembali usaha yang telah dilakoninya. Pada tahun 2012, Rizki rela
menjual motornya demi untuk memulai kembali usahanya. Dan ia pun mulai merintis
usahanya kembali dari nol.
Rizki
memulai kembali membuat souvenir-souvenir lucu dan dipasarkan ditoko pedia.
Karena ingin sekali souvenirnya tersebut dikenal dimanca negara, maka tidak
hanya di Indonesia saja Evriz Souvenir dikenal bahkan saat ini Evriz Souvenir
sudah dikenal di luar negeri, seperti negeri Malaysia, Brunai Darussalam, dan
Korea Selatan.
Sekarang
rizki sudah menjadi pengusaha souvenir yang sukses. Usahanya tersebut diberi
nama Evriz Souvenir. Kenapa dinamakan Evriz Souvenir? Evriz adalah gabungan
antara nama Eva dan Rizki, Eva adalah sepupunya, dia yang memberi buku
keterampilan tentang membuat accesoris dari tanah liat tersebut.
Rizki
sekarang mempunyai karyawan kurang lebih 46 orang. Memang dia sangat berharap
untuk dapat menciptakan suatu lapangan pekerjaan dan membantu orang yang
membutuhkan pekerjaan, karena dia sangat merasakan sekali bagaimana susahnya
mendapatkan suatu pekerjaan itu.
Dengan
keuletannya dan semangatnya dia sekarang bisa mencapai omzet kurang lebih 80jt
per bulan. Dan dia masih ingin usahanya tersebut semakin berkembang dan
meningkat. Supaya oarang-orang yang bekerja dengannya bisa terus bekerja dan
mendapatkan penghasilan.
Jika
kita gagal janganlah putus asa ataupun patah semangat. Karena kegagalan lah
yang membuat diri kita bisa menjadi lebih baik lagi. Kita harus percaya akan
semua yang sudah diatur oleh sang maha kuasa, akan tetapi kita juga harus
percaya diri dan semangat untuk melakukan hal yang akan kita lakukan.
Komentar
Posting Komentar